Powered By Blogger

Rabu, 21 Desember 2011

Karbu Standar Pilihan, Dilacak Mekanik Korek Harian




Karbu Shogun 125SP lebih tebal. Enak direamer(kiri). Venturi bisa direamer besar(kanan)
Karburator venturi besar, jadi primadona penikmat adu kebut. Apalagi kalau kapasitas silinder dan durasi kem sudah didongkrak. Ganti atau atau modifikasi karbu jadi solusi paling tepat.

Namun sampai saat ini masih didominasi karbu racing berkelas. Harganya pun cukup mahal, lantaran di dalamnya didukung fitur-fitur canggih. Sehinga agak merepotkan pemilik motor berdana minim.

Namun bukan berarti karburator yang dipakai di motor standar enggak bisa diaplikasi. Walau enggak semua, tapi ada beberapa yang bisa dan banyak dipakai para tunner.

“Untuk motor bebek korek harian, karburator paling diburu punya Suzuki Shogun 125SP. Mereknya Mikuni VM18SH dengan kode 20G. Atau punya New Smash 110 kode 09H. Sama-sama Mikuni VM18SH. Selain itu ada juga Karburator Karisma, meskipun tidak semua menyukainya,” ujar Alif Bowo Sarwono, pemilik bengkel bubut Adhi Jaya Tech di Jl. Tole Iskandar Raya, Depok.

Lanjut Alif, kelebihan karburator Shogun 125SP atau New Smash 110, karena memiliki venturi lebih besar juga tebal dagingnya. Itupun jika dibandingkan dengan kepunyaan motor lain, tetap lebih menguntungkan. Misalnya dengan karbu Yamaha Jupiter-Z yang pakai Mikuni VM17SH, diameter venturinya lebih kecil 1 mm.

Makanya kalau mau direamer, kata Alif, karbu Shogun 125SP bisa sampai 22 mm ke atas dan ke samping 19 mm dari 15 mm. Bahkan kalau mau bore up piston skepnya, tanpa ganti bodi (alias bodi asli) bisa sampai diameter 20 mm dari aslinya. Cuma piston skep mesti bikin baru karena tidak ada gantinya.

Karbu Karisma masih terlalu mahal untuk jadi pilihan
“Tak hanya itu, karbu Shogun 125SP juga mudah didapat dibanding produk lainnya. Sehingga harganya relatif terjangkau buat semua kalangan. Apalagi jumlah lubang pada nozel di atas spuyer main-jet lebih banyak. Sehingga debit bahan bakar makin deras,” timpal Hari Novrian, mekanik Hari Motor di Pondok Kopi, Jakarta Timur.

Selain kedua karbu tadi, komponen pengkabut gas bakar yang asli Suzuki Axelo 125 juga bisa jadi pilihan. Kata Roby Krisbiyanto, mekanik Bontot Jaya Motor, karbu yang rumah cuknya sebelahan dengan lubang piston skep itu bisa direamer hingga ukuruan 25 mm dari 18 mm (asli). Pasalnya lubang dan piston skep Axelo 125 lebih panjang dari lainnya.

“Cuma biar bisa sampai ukuran segitu (25 mm), rumah cuk mesti dicustom. Sehingga kerja cuk piston yang berada di sebelah piston skep tidak bisa lagi difungsikan,” timpal mekanik yang buka bengkel di Jl. Amal No. 37, Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Karisma Dan TVS
Pemilik motor Honda tak perlu kecil hati. Karburator pilihan buat kohar bisa pakai pengkabut punya Honda Karisma. Memiliki diameter venturi asli 19 mm dan konstruksi yang bagus. Bisa direamer sampai ukuran 24 mm, lho.

“Lebih bagus dan bisa direamer tinggi karena semua lubang aliran ada di bawah. Cuma sayang, harga karbu masih mahal juga sulit didapat,” lanjut Alif. Dan selain karbu Karisma, dia juga pernah mereamer karbu motor bebek merek TVS meskipun enggak tahu tipenya. Tapi, ubahan yang dilakukan sama persis dengan Honda Karisma.
 (motorplus-online.com)
Penulis : KR15 | Teks Editor : Nurfil | Foto : Boyo

Jangan Sembarang Ganti Spuyer di Motor 4-tak!




Banyak yang latah, motor 4-tak kerap disamakan dengan 2-tak. Seperti motor standar banyak yang gonta-ganti spuyer. Misalnya diganti lebih besar supaya tenaganya melonjak.

Padahal, motor 4-tak sudah dilengkapi klep. Suplai gas bakar diatur oleh klep isap dan buang. Jadinya ukuran spuyer cenderung konstan.

Kalau motor standar ganti spuyer dengan ukuran lebih besar, malah kerap ngedrop tenaganya. Karena suplai bensin lebih banyak daripada udara.

Akibat bensin yang terlalu kaya, jadinya tidak terbakar semua. Ledakan yang dihasilkan pembakaran malah lebih kecil. Otomatis tenaga mesin pun tidak besar.

Repotnya lagi, tidak hanya boros bensin, akibat pemakaian spuyer yang terlalu besar bisa menghasilkan kerak. Ruang bakar jadi kotor dan harus cepat servis besar.

Termasuk motor standar yang hanya ganti knalpot racing. Spuyernya belum tentu harus ganti. Cara mengeceknya harus perhatikan kepala busi hasil pembakaran.

Jika warnanyanya masih merah bata apalagi ada kerak hitam, tidak perlu ganti spuyer dulu. Kecuali jika warna elektroda busi putih. Petanda spuyer harus naik.
 (motorplus-online.com)
Penulis : KR15 | Teks Editor : Nurfil | Foto : Dok.Motor Plus

Selasa, 06 Desember 2011

Yamaha Mio, 250 cc Paking Selembar




Ini tantangan yang menarik. Mengorek Yamaha Mio sampai extrem tapi tampilan mesin terlihat standar dengan yang powernya bengis. Itulah cara yang dilakukan Chandra Sopandi dari bengkel bubut Master Tjendana, Bandung. 

Merakit Yamaha buat untuk balap liar sekaligus drag resmi. Chandra akali supaya bisa mendongkrak kapasitas silinder sebesar-besarnya namun tampilan mesin standar. Caranya ditempuh dengan bore up dan stroke up tapi paking masih selembar.

Aksi bore up paling gampang ditempuh. Tekniknya aplikasi seher besar yang dicomot dari Honda CBR 150R. “Dipilih yang punya diameter 67,5 mm,” jelas pebengkel yang bermarkas di Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung itu.

Wah, besar banget ya. Itu sih sama saja dengan aplikasi seher CBR 150R oversize 400. Kan standarnya hanya 63,5 mm. Tapi, tidak aneh karena seher besar ini sudah banyak di pasaran.

Selanjutnya Chandra berpikir agar naik stroke besar tapi paking blok tetap standar alias selembar kertas. Sebab kalau menggunakan seher CBR dan setang seher standar, kenaik tertinggi maksimum 6 mm. Chandra mau yang lebih extrem lagi.

Lantas Chandra berpikir menggunakan setang seher yang lebih pendek dari asli Mio. Namun dipastikan piston akan mentok bandul kruk as ketika posisi TMB (Titik Mati Bawah).

Supaya aman, Chandra memang pilih setang seher yang lebih pendek. Tapi, big end dipilih yang lebih kecil. Teknik naik stroke tidak menggunakan pen stroke. Dia lebih memilih menggeser lubang big end di bandul kruk as.

Akhirnya melalui perhitungan yang matang dan beberapa kali percobaan didapat hasil memuaskan. “Korbannya beberapa seher pecah akibat menabrak bandul kruk as,” jelas Chandra yang sudah mengorbankan 4 seher untuk riset.

Kini stroke atau langkah seher sudah naik lumayan extrem. Sudah lebih naik 12 mm. Jadinya kapasitas silinder bisa dihitung. Menggunakan kalkulator dipadukan dengan diameter seher yang 67,5 mm, maka kapasitas silindernya jadi 250 cc.

Suatu angka yang lumayan besar. Namun dari beberapa kali tes dengan jarak 201 meter belum didapat waktu yang mendekati motor-motor 300 cc Thailand. Mungkin karena berat joki.

Tapi, untuk ukuran motor balap liar bisa dibilang lumayan. Tinggal seting rasio dan komponen CVT. Menyesuaikan jarak yang akan ditempuh. Kini rasi sudah menggunakan ukuran 15/38 karena untuk trek 201 meter.

klep 34/30
Sebagai tukang pasang klep besar, dipastikan mudah aplikasinya. Untuk kapasitas silinder yang sudah buncit, Chandra memilih menggunakan klep isap 34 mm. Sementara klep buangnya pilih yang 30 mm.

Lubang isap dikorek sampai dengan 31 mm. Untuk lubang buangnya dibikin jadi 28 mm. Suplai bahan bakar menggunakan karbu Mikuni 30 mm. Jenisnya jadul abis karena pengabut bahan bakar tipe ini sempat ngetop sebelum karbu RX-King beken.

Spuyernya diseting sesuai suhu Bandung. Main-jet menggunakan ukuran 135 dan pilot-jet 35. Ukuran spuyer ini tanpa reamer karburator. 

Untuk per klepnya menggunakan pegas punya Honda Sonic. Namun dimodifikasi lagi supaya punya lift yang lebih tinggi. Juga supaya lebih keras lagi.

Paling penting lagi, penggunaan knalpot. Kata mekanik nyentrik ini, pilih menggunakan buatan dewek. Bentuknya lebih panjang yang katanya lebih bertenaga di trek panjang.
 (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Roller : Rata 12 gram
Rumah roller: Big pulley
Per CVT : 2.000 rpm
Ban belakang : Eat My Dust 60/90-17 
Master Tjendana: 0811-22-7871

Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Istimewa

Minggu, 04 Desember 2011

Nih Dia, The King Honda Otocontest 2011



Setelah melewati serangkaian penilaian yang ketat, akhirnya terpilih tiga motor modif terbaik sebagai "The King of Honda Otocontest 2011". Masing-masing disabet oleh Agus Umara (The King Non Extreme), Ida Bagus Teja (The King Of Fashion) dan Agus Ficdianto (The King Extreme).

Agus Umara, modifikator asal Bali ini berhasil menyulap Supra X125 keluaran 2006 menjadi bebek futuristik. "Saya terinspirasi film transformer. Mengadopsi motorize. Sekali tekan tombol, lampu depan dan jok bisa terbuka sendiri," ujar Agus yang menggawangi Hanya Planet Customice (HPC) Bali.

Body motor jawara The King Non Extreme ini mengandalkan fiber. Uniknya, cetakan body fiber menggunakan karton. Pelek juga murni handmade. Total modif sekitar Rp 23 jutaan.   

Juara The King Extreme menggunakan CS1 2008 mengusung konsep advance retro modern. "Tidak pakai rantai alias hubless serta hybrid. Bisa tenaga mesin dan dynamo. Girbox penggerak roda belakang serta bearingnya handmade. Sudah test drive 15 km tak ada masalah. Biaya Rp 15 jutaan," jelas Agus Ficdianto, pemilik Alfasiera Custom Surabaya.

Sedangkan Blade 2009 milik Ida Bagus Teja yang juga asal Bali melakukan trans body. Beberapa body motor dijadikan satu. Depan New Blade, belakang New Mega Pro. Tapi kreasi yang memakan biaya Rp 15 jutaan ini sanggup memenangkan The King Of Fashion.

Atas gelar tertinggi dalam Honda Otocontest tersebut, ketiganya berhak atas jalan-jalan ke Bangkok International Motorshow 2012. "Semoga tahun depan bisa mempertahankan gelar ini dan bisa bersaing di kejuaraan modif internasional," harap Ida Bagus Tedja pemilik Bagus Custom dan masih berstatus sebagai mahasiswa. (motorplus-online.com) 

Penulis : AZ | Teks Editor : Nurfil | Foto : AZ

Final Battle Honda Otocontest, Jawara Dikirim Ke Bangkok



Mewadahi sekaligus memancing kreatifitas anak muda pemakai motor Honda, PT Astra Honda Motor (AHM) menggelar event rutin "Honda Otocontest" (HOCS).

Kegiatan pameran modifikasi motor ini sudah digelar sejak 2009 silam dan pada tahun ini, HOCS digelar di 12 kota besar Indonesia. Jumlah peserta pun terus meningkat. Tercatat sebanyak 1.415 motor Honda modifikasi ikut ambil bagian dalam HOCS 2011.

"Sebagai pabrikan motor terbesar, sudah sepatutnya kami turut menyalurkan bakat kreatifitas anak muda di dunia modifikasi sepeda motor. Kontes modif semacam ini juga sangat bagus untuk menangkap trend modifikasi motor yang sedang digemari. Bahkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam desain motor baru selanjutnya," ujar Auddie A. Wiranata, Direktur Marketing, PT AHM.

12 kota yang sudah menggelar HOCS 2011 antara lain Jakarta, Bandung, Palembang, Tulungagung, Denpasar, Medan, Malang, Banjarmasin, Yogyakarta, Kediri, Jember dan Surabaya. Tahun sebelumnya HOCS hanya digelar di 10 kota.

HOCS membuka 13 kelas yaitu Pemula, Matic Custom, Matic Racing, Matic Funky, Bebek Custom, Bebek Funky, Extreme, Racing Look, Sport Non Fairing, Transfer Body, Asesoris dan Sport Funky.

Sebagai puncak acara, dipilih Kenjeran Park, Surabaya untuk menggelar final battle HOCS 2011 bersamaan dengan partai final Honda Racing Championship 2011 (4/5).

Peserta final battle adalah juara 1 di tiap kelas dari masing-masing kota dan akan dipilih 3 orang pemenang untuk dinoatkan sebagai King Extreme, The King Non Extreme dan The King of Fashion.

"Melihat animo peserta dan beragamnya kreatifitas anak muda dalam mendandani motor Honda, event ini masih akan berlanjut tahun depan. Minimal jumlah event-nya sama seperti tahun 2011," tambah Indrapura, General Manager Marketing Planning and Analysis Division, PT AHM.

Lebih lanjut, Indrapura menyampaikan bahwa para pemenang HOCS 2011 akan diajak menyaksikan event Bangkok International Motorshow 2012.

Bahkan para juara akan diberikan kesempatan ikut serta dalam acara Honda Modification Contest di Bangkok International Motorshow 2012 untuk bertarung dengan modifikator negeri gajah putih. (motorplus-online.com)    

 
Penulis : AZ | Teks Editor : Nurfil | Foto : AZ

Sabtu, 03 Desember 2011

Honda New Blade 110cc Versi Balap makin mengkilappppp…………. !!!

blade 110 racer (motorplus.otomotifnet.com)

Well segala sesuatu kalau dimodif emang kerennnn …sesuai dengan lansiran awal blade 110 yang bernuansa motoGP Repsol,tampaknya honda juga memberikan inspirasi kepada biker tanah air yang suka modifikasi tunggangannya.. menjadi style balap.. seperti diberitakan motorplus.otomotifnet.com pihak AHM menyajikan suatu racikan motor racing look yang ciamik…
Dengan beberapa ubahan tampaknya tambah keren juga neh…

serba lancip (motorplus.otomotifnet.com)
  • Ban slick
  • Shock belakang Showa
  • Footstep Yoshimura
  • Disk brake depan lebar
  • Indikator takometer
racikan balap(motorplus.otomotifnet.com)

Jumat, 02 Desember 2011

Pilihan Segitiga + Setang Drag: Dua Pilihan Setang!


 
Obat untuk tampilan merunduk
Pacuan karapan trek lurus, selain tampil kurus juga cenderung lebih merunduk. Tujuannya, demi mengurangi hambatan angin. Tapi, tidak melupakan faktor handling. Sehingga, waktu tempuh yang semakin cepat.

Selain rangka dibuat lebih mundur, setang juga ikut menyesuaikan. Jika biasanya setang dipotong untuk mengejar desain lebih pendek dan merunduk, kini tidak lagi. Buat motor drag, terutama skubek, sudah terdiri dari beberapa pilihan.

“Mau model biasa atau model jepit ke as sokbreaker depan,” ujar Denny Jonathan dari Kodok Racing di Jl. Rajawali Selatan, No. 12A, Jakarta Pusat.

Dari model yang biasa dulu ya! Maksudnya biasa, banyak pedagang alias pedege menyebutnya model setang sepeda. Itu karena part pengendali laju ini mengaplikasi stem alias raiser pegangan setang milik sepeda. Khususnya, sepeda MTB.

Setang sendiri, mengadopsi bahan dari aluminium. Maka itu, bobotnya tergolong ringan. Di pasaran, setang berikut stem dijual Rp 650 ribu. “Enaknya pakai setang model ini, tidak perlu mengganti sok depan segala,” timpal Denny yang sering bolak-balik ke Thailand.

Berbeda jika sobat memilih setang model jepit. Namanya jepit, tentu butuh as sok lebih panjang dari standar. Jadi, tidak hanya setang aja yang diganti. As sok depan juga ikut disesuaikan.

Kalau yang ini, membuat desain sok depan bergaya ayam jago atau motor sport. “Buat setang, juga memakai bahan aluminium. Peletakannya, biasanya di bawah segitiga atas,” bilang Utomo dari Tomo Speed Shop di Mega Glodok Kemayoran (MGK), Lt. GF, Blok. A-12, No. 1, Jakarta Pusat.

Baik Denny atau Utomo, menjual setang model ini di kisaran Rp 350-450 ribu. Oh ya! Menurut Denny untuk akali sok depan, as sok bisa aplikasi milik Suzuki Satria F-150. “Enggak usah pakai yang asli. Bisa pakai imitasi aja. Sekitar Rp 120 ribuan sepasang. Kalau tabungnya, pakai asli bawaan motor. Misalnya, Yamaha Mio,” jelas Denny yang bisa dikontak di (021) 6453386.

Jika aplikasi setang jepit, sebaiknya diikuti dengan mengganti segitiga juga. Ada dua pilihan untuk segitiga set. Maksudnya, lengkap segitiga atas-bawah. Pertama, segitiga milik Honda Sonic berbahan aluminium yang sudah dimodif. Harga jual, Rp 800 ribu.

Pilihan kedua, segitiga set hasil CNC dengan model yang sama seperti Sonic. Bahan yang dipakai juga dari aluminium. Harga yang ditawarkan, Rp 700 ribu di Kodok Racing. Tapi, jika hanya ingin aplikasi setang sepeda, bisa lirik segitiga bawah saja yang dijual Rp 750 ribu sudah termasuk as komstrir.

Karena bahan dari aluminium, tentunya bobot juga tergolong ringan. Oh ya, kembali ke setang. Dari kedua setang yang ditawarkan tadi, tentu punya perbedaan soal handling.

"Setang sepeda cenderung lebar dari setang jepit," beber Tomo yang bisa dikontak di (021) 93527958. Tapi, itu semua kembali ke racer sendiri. Sebab ada yang lebih percaya diri dengan setang model jepit dan ada juga yang terbiasa model lebar. Pilih mana?  (motorplus-online.com)
 
Penulis : Eka | Teks Editor : Nurfil | Foto : GT

Yamaha Jupiter-Z, Seher Kuat dan Ringan



Eko Chodox mempu juara 3 di kelas 130 cc. Tepatnya pada Mizzle Super Drag Bike Competition yang dipentas dua minggu lalu di Sleman, Jogja. Yamaha Jupiter-Z yang digebernya mampu tembus 8,44 detik. Rahasianya menggunakan seher Daytona.

Piston buatan Daytona ini memang sedang naik daun. Bahkan paling duluan banyak dipakai di road race. “Untuk turun di kelas 130 cc, dipilih menggunakan diameter 55,25 mm,” buka Yusron sang mekanik.

Katanya termasuk jenis piston forged. Sehingga lebih ringan namun kuat. Apalagi badan seher cukup kecil. Sehingga bidang kontak dengan dinding liner jadi sedikit. Otomatis gesekan juga semakin kecil. Membuat power mesin tidak banyak terbuang.

Menurut Yusron, piston ini juga didukung material yang bagus. “Enggak ada yang keropos,” jelas Yusron yang malamnya balap di Tasik, besok di Sleman. Makanya catatan waktunya kurang bagus. Kecapean jokinya.

Padahal Jupiter ini pernah mencatat rekor 8,20 detik. Ketika balapan di Manahan, Solo. Hasilnya juara ke-1.

Kembali ngomong seher yang dibanderol Rp 250 ribuan itu. Harus diperhatikan ring seher bawaannya. Menurut Yusron kurang bagus. “Supaya maksimal dianjurkan gunakan ring merek Riken yang dibeli di pasaran” jelas mekanik yang bicara dengan logat Jowo ini.

Kepala seher juga harus diatur ulang. Supaya rasio kompresi 12,6 : 1 yang dimau bisa tercapai. Caranya dipapas sekalian dibuatkan coakan untuk tonjokan klep. “Supaya aman, pinggir seher dibuat mendem di blok silinder 0,6 mm,” jelas mekanik dari Jl. Raya Tajem No. 64, Sleman, Jogja itu.

Menggunakan klep isap 28 mm dan buang 24 mm diambil dari Honda Sonic. Panjang batang katup dari bos klep 32 mm. Supaya per klep Jepang ketika dipasang tidak terlalu keras. Tidak banyak mengurangi tenaga motor karena gesekan kem dan pelatuk.

Selain itu, rasio dan final gir disesuaikan. Lihat data modif!

Karbu Reamer

Untuk suplai gas bakar, Yusron pilih menggunakan karburator Keihin PE 28. Aslinya diameter venturi hanya 28 mm. Oleh Yusron pilih yang reameran 32,5 mm. Karakter karbu PE 28 memang bagus di rpm bawah. Tidak mudah ngok, sehingga enak untuk akselerasi.

Selain direamer, sudah pasti spuyer juga diatur ulang. Mengikuti cuaca dan kondisi sirkuit. Apalagi selain main siang, kadang main malam juga.

Sebelum pasang karbu besar, korekan di kepala silinder dimainkan. Squish dibuat 9 derajat. Untuk lubang isap dibuat 25,8 mm. Sementara lubang buangnya disamakan dengan diameter payung klepnya yang 24 mm. Pas dipadukan dengan knalpot R9. (motorplus-online.com)
 
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Riyanto

Intip Korekan Mekanik Thailand (Bag.2), Piston Nongol

 
Contoh posisi piston di Mio 200 cc milik Tomo Speed Shop
Satu lagi korekan mekanik Thailand yang bisa diintip lebih detail lagi. Kalau biasanya, agar mesin punya durability atau daya tahan tinggi posisi piston bagian pinggir harus mendem di blok. Mendemnya antara 0,5-0,8 mm. Namun mekanik Thai justru malah bikin rata atau nongol dibanding posisi blok.

Aplikasi seperti itu bisa dilihat langsung di Yamaha Mio milik Tomo Speed Shop. Mio itu biasa dipakai untuk turun di kelas 200cc. Waktu drag bike di Tasikmalaya, Mio buatan mekanik Thailand ini juara 1 kelas 200cc.

Kepala piston atau seher bisa dibuat nongol karena seperti sudah dijelaskan dua minggu lalu. Di head, tepatnya ruang bakar dibuatkan nat yang lebih dalam atau sekitar 0,5mm. Sehingga walau posisi piston nongol ketika sedang top jadinya tidak bertabrakan dengan head.

CVT Belakang Standar
Satu lagi yang bisa ditengok dari korekan mekanik Thailand. Walau barang racing yang dijual di sini banyak buatan Thailand, tapi mekanik sono malah tidak menggunakannya semua.


Sebagai contoh puli belakang di rumah CVT. “Satu set puli masih menggunakan dari asli pabrikan Yamaha,” jelas Awan Kurniawan dari Ban Speed Gallery. Nada sama diungkapkan Miekeel Tjahjanto dari MC Racing dan juga Tomo dari Tomo Speed Shop.

Tiga orang itu doyan boyong Mio korekan mekanik Negeri Gajah Putih. Paling yang sedikit berbeda yang di Mio FFA milik Miekel. Per kecil yang jumlahnya ada tiga biji diganti. “Pakai yang 1.500 rpm,” cerocos Miekel yang endut itu.

Banderol per kecil ini lumayan murah dan bersahabat. Paling tidak sampai Rp 100 ribu. Di situ kreatifnya orang Thailand.      (motorplus-online.com)
 
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Yudi

Intip Korekan Mekanik Thailand (Bag.1), Korek Sampai Abis

 
Lubang intake dikorek gede
Matik balap yang kerap menang di berbagai kejuaraan drag bike selalu didominasi korekan mekanik Thailand. Pasti penasaran? Apa sebenarnya kunci korekan mereka?

Mari intip Yamaha Mio milik MC Racing atau Tomo Speed Shop. Untuk yang punya MC Racing khusus di kelas FFA tercepat di Jogja. Sedangkan milik Tomo Speed Shop tercepat di Surabaya.

Fokus kita intip dulu pacuan MC Racing yang khusus turun di kelas 300 cc-nya. Kebetulan waktu di Jogja karet intakenya robek. Jadi bisa diintip detailnya.

Sekarang fokus intip lubang isap dulu. “Klep menggunakan ukuran 34 mm untuk isap dan 30 mm untuk buang,” sebut Miekel Tjahjanto, bos MC Racing yang baru datang dari Malaysia, besoknya ke Thailand. Jalan-jalan mulu bos.

Rada keluar dari pakem pada lubang isap di intake manifold. Dari moncong depan tempat masuknya karburator, diameter di dalam intake mencapai 33,7 mm.

Lubang segede gaban ini rupanya dikorek abis menyesuaikan dengan diameter venturi karburator yang dipakai. Menggunakan karbu Keihin 28 yang direamer abis sampai 34 mm.

Lebih jelas lagi, intip lubang manifold yang bertemu dengan moncong lubang inlet di head. Kalau diukur menggunakan sigmat, besar diameter lubang mencapai 32,5 mm. Ini sepertinya lumayan besar dibanding versi yang dipakai di road race.

Kalau di road race teorinya, diameter lubang inlet 80-90% dari diameter klep. Kalau diambil yang paling besar misalnya 90% dari diameter klep isap, maka lubang inlet harusnya yaitu hanya 30,6 mm.

Bisa disimpulkan kalau mekanik drag Thailand umumnya mematok sampai 32,5 mm. Mereka berpatokan pada 95% dari diameter klep yang digunakan.


 Lubang menghadap karbu dikorek sampai 33,7 mm(kiri). Lubang manifold menghadap inlet di head 32,5 mm(kanan)
Menurut Miekeel, lubang isap dan buang bisa dibuat besar karena masih memungkinkan di lintasan drag bike. Trek lumayan panjang sampai 201 meter. Bandingkan dengan road race yang lazim bermain di trek ala pasar senggol. Jarang menjumpai trek di atas itu panjangnya.

Paling penting lagi, kalau di road race memang dijumpai banyak tikungan. Untuk itu diperlukan lubang isap kecil. Sebab kalau kelewat besar kayak di drag bike akan kedodoran di tikungan. Pastinya juga malah bakal bikin mesin ngok.

Secara teori juga, lubang semakin besar memang membuat CFM atau debit gas bakar akan menjadi lebih tinggi. Karakter power yang keluar memang akan besar sekali namun berada di rpm tinggi. Cocoknya untuk trek panjang macam drag bike atau balap liaran.     (motorplus-online.com)
 
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Yudi

Pelek Drag Baru, Ada Warna-Warni dan Bolong-Bolong

 
Boleh lirik nih, pelek bergaya pacuan drag. Ada dua pilihan. Pertama, pelek bercorak pelangi dengan garis. "Tersedia ukuran 1,40x17," kata Utomo dari Tomo Speed Shop.

Kalau tertarik, siapkan duit Rp 600 ribu untuk menebus sepasang pelek dan sambangi gerainya di Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat. Telepon  (021) 935-27958.

Sedang MC Racing, tawarkan merek SPS Racing yang bergaya bolong-bolong di bibir pelek. "Ada dua model. Yang rata di bagian jari-jari atau yang ada tonjolan. Tersedia 5 pilihan warna dengan ukuran 1,20x17 dan 1,40x17," kata Miekeel yang jual seharga Rp 850 ribu sepasang.  (motorplus-online.com)
 
Penulis : Eka | Teks Editor : Nurfil | Foto : GT, Eka

Kruk As Stroke-Up Yamaha Mio, Cocok Buat Main Selembaran

 

 Semua bermain di naik stroke 2mm Sobat yang kadung suka bermain di trek lurus malam hari, boleh tempuh trik yang satu ini. Yaitu, aplikasi kruk as yang dibawa langsung dari Thailand. Lewat kruk as ini, sobat tetap bisa pakai paking blok selembar kertas meski isi silinder sudah bengkak jauh dari standar.



Ganti setang, total stroke jadi 70.9mm
Tapi, bukan itu yang bikin hebat. Melainkan, kruk as ini sudah mengalami kenaikan stroke. “Ada dua pilihan tipe. Mau yang model naik pakai pen stroke atau lewat geser big end,” ungkap Utomo dari Tomo Speed Shop di Jl. Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Semuanya bermain di kenaikan stroke 3mm. Artinya, pakai pen stoke 3mm, maka total stroke menjadi 63,9mm. Begitu juga yang geser big end. Total stroke sama saja. Menurut Tomo, selain buat main selembaran, kruk as ini juga bisa dipakai untuk keperluan pacuan drag. Cukup bermodal piston 63mm, sudah bisa turun di kelas 200 cc.

“Harga untuk yang pen stroke Rp 2 juta. Tapi buat yang geser big end, Rp 2,5 juta. Semuanya pakai setang standar Fino,” beber pria berkacamata yang bisa dihubungi di nomor 0817-9900-655.

Sebenarnya, selain dari dua tipe yang disebut di atas tadi, Tomo juga menyediakan kruk as lainnya. Yaitu, dengan pergeseran big end 3mm, tapi setang seher pakai merek LHK.

Lewat pemakaian setang ini, pergeseran ditambah lagi hingga 3,5mm. So, total stroke yang diaplikasi jadi 70,9mm. “Untuk paking, cukup pakai alumunium 1 mm saja. Gak perlu tebal-tebal. Harga cuma Rp 2,7 juta,” tutup pria ramah ini.   (motorplus-online.com)
 
Penulis : Eka | Teks Editor : Nurfil | Foto : GT

Honda Scoopy, Wanita Jadi Inspirasi

 
Tanpa perlu menutupi maksud dan tujuannya, Vincent Wijaya memodifikasi Honda Scoopy miliknya karena terinspirasi seorang wanita berinisial ‘I’. Mantapnya, foxylady itu juga salah satu pembalap drag bike di salah satu workshop yang ada di Cimahi, Bandung, Jawa Barat. Wahhh.., so sweet...!


“Iya. Makanya motor ini dijuluki Ratu Violet,” beber pemuda 18 tahun yang tinggal di Kebun Jeruk XV, Jakarta Pusat.

Dijuluki Ratu, tentu karena dipersembahkan buat wanita. Tapi, embel-embel violet muncul karena kelir yang ditampilkan. Semua sudah didominasi kelir ungu.

Soal desain dan pengecatan, Vincent menyerahkan ke Shagi Custom Paint (SCP). Tapi, sesuai hobinya yang bermain di sisi kecepatan, grafis yang diminta pun harus bernuansa racing. Maksudnya, dipenuhi desain tak jauh dari grafis tajam.

"Apalagi untuk main modifikasi, ini proyek pertama. Sebelumnya lebih banyak menggarap motor buat balap,” imbuh Vincent yang juga dagang part variasi skubek dari Thailand.

Toh, selain pakai kulit jok Bride yang lebih dikenal sebagai jok balap di mobil, pelek kecil ikut dimainkan.

Ya, roda profil kecil ciri motor balap lurus. Maklum, kan wanita yang menjadi inspirasinya kerap menunggang pacuan drag!  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan    : Vee Rubber 45/90-17
Ban belakang    : Vee Rubber 50/90-17
Handel rem    : NUI
Pelek    : Kawasaki Ninja 250
Vincent Racing Gallery: 0856-9188-1290

Penulis : Eka | Teks Editor : Nurfil | Foto : GT

Yamaha Mio, Standaran Belum Pernah Putus



 

Yamaha Mio milik Ipunx Motor, katanya belum pernah putus. Putus artinya belum pernah terkalahkan di kelas standaran wilayah Tangerang. Hebat ya? Katanya lagi, karena menggunakan teori lubang isap D type.

Padahal D type biasa dipakai di lubang buang. Maksudknya untuk menghindari terjadinya turbulensi gas buang. Tapi, oleh Ipunx Motor malah diaplikasi di lubang isap. Kok bisa ya?

Lubang isap dibuat seperti huruf D. Bagian yang melengkung posisinya menghadap blok silinder. Sementara bagian yang lurus menghadap tutup klep. Lebih jelas silakan lihat gambar.

Besar lubang isap jadi susah dilakukan pengukuran. “Pokoknya sekitar 28 mm,” jelas Ipunx Purnomo, mekanik Ipunx Motor yang markasnya masih di rumah saja.

Ukuran lubang in 28 mm,  kata Ipunk  berdasarkan pertimbangan. Pernah dibuat lebih besar. Tapi, malah tidak mau lari di rpm atas. “Meski trek yang dilalui hanya 500 meteran, tetap saja power atasnya diam,” jelas Ipunx.  

Menggunakan lubang isap 28 mm juga berdasarkan pertimbangan penggunaan klep EE5. Katup isap dibuat 34 mm, sementara buangnya jadi 30 mm. 

Sedangkan ruang bakarnya diseting membentuk dome. Rasio kompresinya dibikin cukup rendah. “Bermain di angka 12 : 1,” jelas Ipunx yang pengukuran kompresinya dilakukan oleh   temannya itu.

Kompresi itu didapat dari penggunaan seher 69 mm. Sementara stroke atau langkah piston naik 6 mm dari standar. Berarti stroke sekarang jadi  63,9 mm.

Jadinya kapasitas silinder lumayan besar. Mencapai 238,8 mm, kalau digenapkan jadi 240 cc. Namun paking blok masih selembar kertas. Namanya juga kelas standaran.

Tapi, di Tangerang walaupun kelas standaran membebaskan karburator dan knalpot. Makanya Ipunx menggunakan Keihin PE 28 yang direamer jadi 30 mm. Tinggal pasang karena beli jadi buatan Thailand.


Begitupun knalpot,  aplikasi dari Kawahara khusus drag. “Tipenya K1,” jelas Ipunx dari Taman Cibodas, Tangerang itu.

Satu lagi yang dibebaskan. Yaitu boleh menggunakan CDI racing. Ipunx pilih buatan BRT tipe Dualband kalau dipakai trek 500 meteran.

Seher Forging

Pilihan seher diameter besar, sudah pasti Hi Speed Thailand banyak menyediakan. Variasi ukurannya juga lumayan banyak. Bukan hanya ukuran diameternya, tapi juga ukuran lubang pen sehernya.

Khusus di Yamaha Mio Ipunx Motor, menggunakan diameter 69 mm. Pen sehernya dipilih yang berukuran 15 mm. Supaya bisa langsung klop dengan lubang setang seher yang masih standar Mio. 

Katanya seher buatan Hi Speed ini masuk kategori forged piston. Sehingga lebih kuat tapi juga ringan. Pas dengan karakter motor balap yang butuh part serba enteng. Namun harga di pasaran lumayan tinggi. Mencapai satu juta rupiah lebih.

Khusus untuk Mio Ipunx Motor, pinggir seher dibubut ulang. Supaya tidak mentok kepala silinder. Juga dibuatkan coakan untuk alur klep. Supaya tidak saling bertabrakan.  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Pilot/main-jet : 45/130
Roller : 10 gram Kawahara
Kampas CVT: Kawahara
Rasio: 16/40
Motor starter: Koso

 
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Yudi

Knalpot HRP, Special Untuk Yamaha Jupiter Z


 

Hingga saat ini prestasi pembalap road race Hendriansyah masih bersinar. Bahkan rider asal Yogyakarta ini baru saja menggondol titel juara Indoprix kelas 125cc diatas Jupiter Z.

Berangkat dari kesuksesannya bersama pabrikan Yamaha, Hendriansyah lewat merek Hendriansyah Racing Product (HRP) baru saja menelurkan knalpot racing baru.

"Yang paling baru untuk Jupiter Z versi terbaru dan yang lama," buka Holong Lubis, marketing HRP sambil menyebutkan harganya Rp 350 ribu.

"Ini untuk spek harian, tinggal pasang saja tanpa banyak perubahan," promo Holong yang bisa ditemui di Hendriansyah Speed Shop (HSS) di Jl Raya Seturan, no 27C, Yogyakarta. Atau bisa dikotak lewat 0274-6688999. (motorplus-online.com) 

 
Penulis : Popo | Teks Editor : Nurfil | Foto : HRP

Pelek Jari-Jari Trapesium, Disepuh Emas Bro..!!




Bentuk jari-jarinya trapesium

Mau tampil klasik atau retro jangan tanggung. Selain ubah sebagian bodi dan sasis, part di kaki-kaki juga perlu dipoles. Hasil ubahan pun makin harmonis.

Salah satu part yang wajib di up-grade adalah pelek. Enggak cocok pakai pelek palang, bagusnya model jari-jari gambot trapesium. Apalagi warna jari-jari emas hasil gold plating, pas banget pasang di motor skubek ataupun moge.

“Material untuk roda depan dari pelek palang ori yang dicustom, dikasih jari-jari gede dan digabung ke teromol. Sedang roda belakang pakai pelek mobil dicustom sesuai keinginan konsumen,” ujar Wahidin dari Anggrek Motor di Jl. HOS. Cokroaminoto No. 1C, Batas Kreo, Ciledug, Tangerang.

Wahidin mematok harga produk spesialnya itu mulai dari Rp 1,750 s/d 4,5 juta per set. “Masih bisa nego,” lanjut Wahidin yang bisa ditelepon di  08211-0333-111.  (motorplus-online.com)
 
Penulis : KR15 | Teks Editor : Nurfil | Foto : Yudi

Knalpot Titanium R9, Gaya dan Lebih Murah

Di ajang Tumplek Blek Otobursa 2011, 21-22 Mei lalu, produsen knalpot R9 resmi melaunching produk baru mereka. Bahan yang dipilih titanium. Kabarnya, banyak pengunjung tertarik warna dan juga bahan.

Meski dari titanium, namun harga lebih low atau rendah. Dibanding produk impor, knalpot R9 dijual lebih murah 40-50 persen,” jelas Sjafrie Ganie alias Jerry dari R9.

Misalkan knalpot untuk Honda CBR250R. Paling mahal dibanderol Rp 4-5 juta. Bahan full titanium yang dipastikan lebih ringan 40% itu.

Kelebihan bahan ini juga lebih cepat mencapai suhu optimal kerja mesin. Sehingga tidak perlu pemanasan lagi. Langsung geber, seperti di MotoGP. Kalau untuk pemakaian harian, jadi lebih hemat bahan bakar.

Kelebihan lain produk ini, juga terletak pada stabilitas panas yang dimiliki titanium. Diklaim mampu mengimbangi panas dengan stabil. “Dalam beberapa detik langsung stabil dan tidak melonjak sampai race selesai,”  pede Jerry. (mobil.otomotifnet.com)



 
Tersedia untuk semua jenis motor
 
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Boyo

Tren Helm Drag Bike, Gaya dan Lebih Eye Catching

eberapa tahun lalu, balap di trek lempeng secara visual kurang eye cacthing. Tampil dengan perlengkapan standar, bahkan tidak jarang peserta cuma pakai jaket dan celana jins! Nggak banget.

Bisa dimaklumi ajang drag bike yang berkembang saat ini kebanyakan didominasi oleh pembalap privateer. “Rata-rata mereka awalnya merupakan para pembalap dari ajang balap liar,” kata Andre Sunarko, dragbiker senior yang langganan hadir di balap trek lurus itu.

Makanya, tidak heran gaya dan penampilan mereka masih terbawa saat main di ajang ilegal. Namun tidak begitu yang nongol di grand final drag bike yang diselenggarakan di Jl. Benyamin Sueb, Jakarta Pusat (27/11). Semua tampil beda.

Sebagian dari tim balap karapan motor ini telah mendesain racing suit juga helm mereka. Corak dan warna helm disertai tulisan nama si pembalap. Tampilan si pembalap pun jadi lebih menarik.

Ada alasan lain kenapa perlu adanya identitas di helm atau di baju balap. “Balap di drag bike itu hanya sekilas. Berbeda dengan road race atau motocross yang terus berputar sampai lap selesai. Karena itu, identitas apapun itu, nama tim, nama pembalap atau sponsor mesti terlihat jelas,” tambah Deny Kusmayadi, penasehat tim Anker Sport Harriot’s Feat Key Speed dari Bandung, Jawa Barat.

Berikut ini beberapa gaya helm pembalap drag bike yang punya ciri tersendiri. Seperti nama pembalap, nama tim atau sponsor, juga idiom dari pemilik tim atau pembalap itu sendiri. Mari perhatikan satu per satu ciri penampilan mereka yang tentunya bisa dijadikan tren.


Kartun sonic dan nama pembalap
Agar Lebih Di Kenal
Pada tim Tomo Speed Shop Drag Bike Team3 pembalap mereka, Imam Ceper, Saipul Cibef dan M. Ramzi pakai helm yang disertai nama mereka di belakang. Utomo, selaku pemilik tim selain pasang nama pembalapnya juga menggambar kartun Sonic juga nama speed shop mereka. “Itu semua bisa langsung dikenali penonton. Terlebih drag bike ini cuma sebentar. Melesat sekali dan nggak kembali. Beda dengan balap lain,” bilang Utomo

Sesuai shio
Model Kartun
Shio pembalap jadi acuan tim TDC CMS dari Jl. Bendungan Jago, Kemayoran, Jakarta Pusat. Helm semua pembalapnya ditambahkan motif kartun sesuai shio pemiliknya. Helm milik Daniel yang ikut di kelas 125cc, 155cc dan FFA digambar kartun Tazmania. “Karena shio saya anjing,” jelas Daniel sambil bilang kalau helm Acong digambar Bugs Bunny Karena shionya kelinci.

Top-Speed
Idiom Kecepatan
Karakter kecepatan mewarnai tampilan helm pembalap Race Motor JFK Team. Bagian belakang helm, di sisi paling bawah juga dituliskan nama pembalap mereka, seperti M. Hambali. Tentunya juga ada tulisan toko dan bengkel sebagai pendukung tim. Fendi pemilik tim bilang kalau gambar spidometer dengan angka sampai 300 km/jam ini sebagai filosofi motor kilikannya.“Memang top-speed seperti ini yang kami harapkan,” ulasnya.

Jadi sarana promo
Dukungan Sponsor
Tanpa sokongan dana dari sponsor, balap jadi berat dilakukan. Karenanya, demi kelancaran tim asuhan H. Rio Teguh dan Yudi Sanjaya, mendesain tampilan helm bernuansa kuning sponsor, utamanya Anker. Semua perlengkapan balap dilabur warna sponsor. Nuansa warna eye catching dan nama sponsor bisa jadi sarana promosi. “Ada kerja sama saling menguntungkan antara tim dan penyokong dana,” ungkap Yudi Sanjaya (motorplus-online.com)
Penulis : Hend | Teks Editor : Nurfil | Foto : GT